Dalam berbagai kesempatan, saya selalu bertemu dengan orang dari berbagai latar belakang. Suatu ketika, saya bertemu dengan seorang pengusaha pakaian muslimah. Ia berjualan di Tanah Abang. Konternya selalu ramai dipadati pembeli. Orang yang memesan untuk dijual lagi pun banyak yang berdatangan ke konternya. Selain dikenal mempunyai produk baju-baju muslim yang berkualitas bagus, harga yang ditawarkannya pun termasuk murah.
Ibu ini, sebutlah namanya Bu Suci, sebelumya adalah seorang pegawai di sebuah bank swasta. Menurut penuturannya, ia sebenarnya punya jenjang karir yang lumayan bagus di kantornya. Jabatan terakhirnya adalah senior manager bidang keuangan. Suatu ketika, ia membeli sebuah baju muslim di Tanah Abang yang akan digunakan untuk mengikuti pengajian di kantornya. Singkat cerita, ternyata rekan sekantornya banyak yang berminat untuk mendapatkan baju sejenis miliknya. Satu dua orang kemudian memesan untuk dibelikan baju yang sama.
Untuk satu pesanan baju, ia menetapkan harga dengan selisih keuntungan sekitar Rp20 ribu per baju. Jika dinilai dengan upaya belanja ke Tanah Abang, keuntungan itu hanya untuk menutupi ongkos transportasi saja. Meski begitu, Bu Suci sudah merasa senang. Karena, ia merasa bahwa ternyata baju yang dibeli di Tanah Abang bisa dijual dengan harga lebih mahal. Maka, meski kecil untungnya, ia pun kemudian rajin menawarkan baju-baju model lain yang juga diperolehnya dari Tanah Abang ke rekan kerja atau tetangganya.
Tak disangka, sambutan pasar pun makin baik. Dari satu dua pesanan, akhirnya jumlah pemesan pun makin banyak. Bahkan, jika mendekati hari raya, pesanan pembelian sangat berlimpah. Tak terasa, keuntungan yang diraih pun makin berlipat. Melihat keuntungan yang makin naik, Bu Suci pun akhirnya memutuskan untuk menekuni penjualan baju lebih serius. Ia pun kemudian menjadi agen tunggal beberapa merek yang dijual di Tanah Abang. Hubungannya dengan supplier penyedia baju-baju muslim makin bagus. Pesanan yang mengalir kepadanya kemudian tak hanya menjelang hari raya, namun juga tetap banyak di hari-hari biasa.
Kini, Bu Suci akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya di bank dan kemudian menyeriusi usaha jual baju muslim. Ia menggunakan metode direct selling dengan menyebar brosur ke semua relasinya. Ia juga melayani pembelian online dari website yang dikembangkannya. Uniknya, sampai sekarang, ia tak pernah punya usaha penjahitan sendiri. Jadi, dari dulu, ia hanya menjualkan produknya orang lain. Namun, karena pasar yang sudah makin luas, ia bisa mengambil barang ke supplier-nya dengan mudah. Bahkan, fasilitas harus membayar cash seperti yang dulu harus dilakukan saat mengawali usaha ini, kini tak lagi dialaminya. Kepercayaan para supplier baju sudah sangat tinggi kepada Bu Suci.
Saat ngobrol dengannya, saya pun bertanya kepadanya. Bagaimana Ibu bisa sampai memilih keluar kerja dan jadi pengusaha? Si Ibu enteng menjawab, "Karena saya merasa harus segera meraih peluang sekecil apapun yang ada di depan saya."
Jawaban yang sepele. Namun, jika dilihat dari bukti nyata yang dialaminya, Bu Suci seolah menegaskan, kesempatan baginya adalah sebutir mutiara yang harus segera diambilnya. Lepas dari pertimbangan apapun yang dimiliki Bu Suci saat memilih keluar kerja, sebenarnya apa yang disebut Bu Suci sebagai peluang kecil itu memang bertebaran di mana-mana. Sayangnya, kadang kita meremehkannya. Atau, bahkan, kita takut untuk meraihnya karena dianggap keuntungannya sangat minim. Padahal, jika diseriusi, untung yang kecil ini jika dikumpulkan bisa menjadi jauh berlipat ganda.
Maka, alangkah baik jika kita mulai saat ini tidak lagi meremehkan peluang, sekecil apapun, yang ada di depan kita. Bagi Anda yang punya bisnis percetakan misalnya. Jangan tolak pesanan kartu nama yang mungkin nilainya tak seberapa dari seseorang. Sebab, bisa jadi dari pesanan kecil itu, jika si pemesan puas, ia akan merekomendasikan usaha cetak Anda ke teman-temannya. Bagi Anda yang punya bisnis katering, jangan tolak pula pesanan-pesanan kecil yang masuk kepada Anda. Sebab, bisa jadi, dari pesanan yang sedikit, ia akan merekomendasikan katering Anda pada relasinya. Begitu seterusnya. Dari orderan kecil, dari peluang sekecil apapun, jika diseriusi, bisa jadi, akan terkumpul peluang-peluang lain yang jauh lebih besar, untuk memajukan usaha.
Oleh : Agoeng Widyatmoko - Konsultan independen usaha kecil (UKM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar