Cari Artikel

Kamis, 19 November 2009

Co-Branding

Co-branding adalah strategi branding terhadap suatu produk atau jasa dengan melibatkan satu atau lebih nama merek. Kerja sama ini dapat memanfaatkan berbagai macam komponen dari merek.

Salah satu yang paling sering digunakan adalah nama merek, di mana produk menggunakan dua atau lebih nama merek. Hal ini misalnya diterapkan oleh Acer untuk produk notebook high end-nya dengan menggunakan merek Acer Ferrari.

Strategi serupa juga dijalankan oleh Asus dengan menggunakan merek Asus Lambhorgini. Atau produk kacamata dari Oakley dengan Oakley Rokr-nya ataupun Kartu Kredit BCA dengan karakter-karakter kartun dari Disney.

Ketika Acer ataupun Asus menerapkan strategi co-branding dengan menggandeng produsen mobil sport seperti Ferrari dan Lambhorgini, sudah pasti, image kencang dan tangguh ingin ditancapkan di dalam benak konsumen.



Image yang sangat penting bagi kategori produk ini. Demikian juga dengan kartu kredit BCA yang bekerja sama dengan karakter kartun guna membangun image hiburan ataupun lifestyle.

Unsur lain yang umum ditemukan adalah dengan memanfaatkan identitas merek lainnya, seperti ingredient atau komponen produk. Merek seperti Intel, AMD, NutraSweet, Teflon, ataupun Lycra merupakan merek yang banyak digunakan dalam co-branding tipe ini.

Contoh yang umum kita jumpai misalnya pada peralatan memasak yang kerap menggunakan dan memasang label Teflon dari DuPont, merek mobil Ssangyong yang menggunakan mesin Mercedes Benz, pesawat Boeing yang menggunakan mesin dari Rolls Royce.

Contoh lainnya adalah merek Intel ataupun AMD untuk prosesor komputer atau Microsoft Windows untuk sistem operasi komputer. Integrator ataupun system builder besar seperti HP, Dell, ataupun Lenovo banyak memanfaatkan kedua merek ini untuk meningkatkan kekuatan mereknya.

Umum kita temui dalam notebook-notebook terkini label Intel Centrino(r) Duo ataupun label Windows XP atau VistaTM. Ingredient branding digunakan



Ekspektasi sinergi

Pertanyaannya adalah mengapa co-branding ini ditempuh? Salah satunya adalah adanya ekspektasi sinergi yang diharapkan muncul dari strategi ini. Sinergi muncul ketika co-branding memberikan value bagi masing-masing merek. Baik value dalam bentuk laba ataupun value dalam bentuk peningkatan brand equity setiap merek.

Ekspektasi sinergi terutama relevan bagi tipe co-branding di mana satu produk menggunakan dua merek yang sudah eksis (composite branding), sedangkan ingredient branding umumnya ditempuh guna memperkuat brand equity dari host brand, misal HP atau Dell atau Lenovo menggunakan Intel guna memperkuat merek HP, Dell, atau Lenovo dan lain-lain.

Satu hal yang sebaiknya diwaspadai ketika merek kita digunakan sebagai ingredient dari merek lain adalah kemungkinan erosi brand equity ketika timbul masalah dengan host brand.

Misalkan sebuah komputer bermerek Dell bermasalah dengan prosesornya, otomatis merek prosesor yang digunakan akan terkena dampaknya, bisa berupa berkurangnya loyalitas konsumen, word of mouth negatif, dan lain-lain.

Bangun merek

Di samping ekspektasi sinergi dan upaya memperkuat brand equity, co-branding merupakan strategi yang dapat ditempuh guna membangun merek yang top. Beberapa peraih predikat top brand kerap kali menerapkan strategi ini. Merek-merek seperti kartu kredit BCA, simPATI, Kartu Halo, dan lain-lain terbukti sukses menerapkan strategi ini.

Tentu saja tidak semua strategi co-branding akan berhasil mengantarkan sebuah merek menjadi merek yang top. Dalam skenario terbaik, ketika terjadi sinergi antar co-brander, awareness dari merek baru akan meningkat, terutama ketika co-brander memiliki basis pelanggan yang berbeda.

Kondisi ini sekaligus akan meningkatkan basis pelanggan potensial dari produk terkait. Hal ini jelas akan terkait dengan jumlah orang yang akan menggunakan ataupun mengonsumsi produk tersebut.

Dan jika produk ini memiliki kualitas yang baik dan didukung oleh strategi membangun loyalitas yang tepat, maka sudah pasti, future intention dari pelanggan untuk tetap menggunakan merek ini di masa mendatang relatif akan besar.

Tiga hal tersebut, awareness, market share, dan future intention merupakan komponen-komponen yang menyusun top brand index dari sebuah merek. Dengan awareness, market share, dan future intention yang relatif lebih besar, maka peluang merek untuk meraih predikat top brand akan semakin besar.


web.bisnis.com/kolom/2id391.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...