Dunia di mana kita tinggal ini adalah dunia yang sangat dinamis demikian juga dunia bisnis dan perdagangan adalah dunia yang bergerak secara dinamis juga. Pergerakan ini memang harus terjadi seiring dengan kemajuan zaman. Sekarang ini kita berada di tengah tengah Leap Era (Loncatan Zaman), dimana banyak posisi peekerjaan yang dulu dikerjakan oleh tenaga dan pikiran manusia sekarang telah digantikan oleh tenaga robot dan computer. Leap Era berdampak sangat besar dalam pergeseran ekonomi umumnya dan duian usaha khususnya. Misalnya, sebuah pabrik assembling mobil yang dulunya memerlukan 70 orang karyawan untuk merakit sebuah mobil mulai dari casis hingga finishing interior dan pengkabelan (Wirring), sekarang hanya memerlukan 7 orang saja untuk mengoperasikan robot-robot dalam perakitan mobil tersebut. Bagaimana nasib 63 orang lainnya? Contoh lainnya adalah sebuah perusahaan tekstile yang dulunya memerlukan tenaga administrasi sebanyak 20 orang sekarang mereka hanya memerlukan tiga orang karyawan dengan 3 buahh komputer dihadapan mereka. Bagaimana nasib 37 orang sisanya?
Leap Era ini mengakibatkan golongan pekerja semakin terdesak dan mengakibatkan angka pengangguran juga semakin meningkat tajam. Hal ini terjadi secara global baik di Indonesia maupun di luar negeri, tetapi kita semua tidak bisa mencegah terjadinya hal tersebut. Kita hanya bisa menyesuaikan diri dan pengetahuan serta pola pikir kita untuk hidup dan bertahan di dunia yang seperti itu. Sayangnya tidak semua orang menyadari hal ini, sehingga kemajuan zaman seperti ini menjadi ancaman bagi pekerjaan mereka, khususnya finansial mereka. Banyak orang-orang yang tadinya memiliki pekerjaan yang mapan, secara tiba-tiba kehilangan pekerjaan mereka. Banyak pengusaha-pengusaha sekala kecil yang harus gulung tikar. Semua ini terjadi hanya karena mereka tidak dapat berpacu dengan perubahan-perubahan dalam dunia usaha mereka.
Sebagai contoh, banyak pusat-pusat perdagangan tradisional mulai terancam dengan semakin maraknya supermarket dan Hypermarket didirikan. Pelaku pasar tradisional menjadi terdesak dan panik karena kemajuan zaman seperti itu, yang akhirnya membawa mereka untuk bertindak secara irrasional dan anarkis. Tindakan yang diambil berdasarkan dari emosi bukan berdasarkan pada akal sehat. Mereka protes, marah, dan melakukan demo dengan tujuan menghalangi masuknya modernisasi tersebut ke dalam lingkungan mereka. Mereka tidak memilih untuk berpikir dengan akal sehat dan belajar bagaimana caranya untuk mengatasi dan berkompetisi dalam situasi tersebut, alih-alih mereka berusaha melawan alam yang terus bergerak maju meninggalkan mereka. Mereka berhenti berusaha untuk turut maju mengejar zaman, malah mereka berusaha untuk menghentikan kemajuan zaman tersebut. Mereka berteriak dan mengutuk serta menyalahkan zaman yang terus maju meninggalkan mereka.
Bila mentalitas seperti ini dibiarkan berlarut larut maka negara kita akan semakin tertinggal dan tidak bisa mengikuti zaman yang terus maju. Padahal tidak lama lagi, dalam hitungan beberapa tahun mendatang, kita akan memasuki era globalisasi. Dan bila saat itu tiba banyak masyarakat kita yang belum bisa mengikuti era globalisasi tersebut mereka akan tersingkir dan tercampak dari dunia usaha sehingga mengakibatkan angka pengangguran meningkat akan dengan tajam. Mereka tidak dapat terlalu mengharapkan lowongan kerja akan tersedia dalam jumlah banyak, karena seperti yang telah ditulis diatas dunia modern semakin memerlukan sedikit jumlah orang dalam golongan pekerja.
Satu-satunya cara untuk mengatasi pengangguran yang akan terus meningkat, adalah dengan memberi pendidikan kecerdasan finansial dan memberi pelajaran mengenai finasial modern, agar mereka bisa menciptakan pekerjaan untuk diri mereka sendiri. Lebih baik lagi, kalau kecerdasan finansial mereka lebih tinggi, mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas untuk orang-orang yang berada di sekitar mereka. Tidak ada jalan lain! Kemampuan mereka harus ditingkatkan dari golongan karyawan menjadi wiraswasta atau usahawan. Bila pendidikan mereka hanya ditingkatkan dalam sector skill saja tanpa disertai dengan kecerdasan financial yang memadai, maka skill mereka tidak banyak manfaatnya, karena lapangan kerja untuk mengaplikasikan skill mereka terus menyempit.
Memulai pendidikan finansial tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak sekali tantangan yang akan dihadapi oleh para pendidik, mulai dari orang-orang yang mereka didik sampai dengan pengaplikasiannya di lapangan. Para pendidik harus mulai dengan cara memberi teori-teori yang masuk akal sampai bisa diaplikasikan dalam kehidupan orang-orang yang mereka didik. Pendidikan seperti ini tidaklah mudah untuk dilakukan dalam waktu singkat. Para pendidik harus merubah paradigma kuno dari orang-orang yang mereka didik. Paradigma yang sudah mendarah daging mereka harus dihapus dulu, kemudian mulai menerapkan paradigma yang baru pada pikiran sampai keyakinan dalam hati kecil mereka bahwa kecerdasan finansial dan financial modern merupakan pilihan yang benar dan satu-satunya dan yang terbaik bagi mereka.
Merubah paradigma dengan hanya mengandalkan teori akan memakan waktu yang sangat lama dan belum tentu memberi keyakinan yang sebenarnya. Teori yang diajarkan kepada mereka harus disertai dengan praktek agar mereka bisa melihat dan merasakan hasilnya sehingga akan memperkuat keyakinan mereka atas ilmu yang diajarkan tersebut. Membuka mata kecerdasan finansial akan sangat membantu dan mempercepat proses pendidikan mereka untuk menghadapi globalisasi.
salam kunjungan....
BalasHapus